59 Fadhilah atau Keutamaan Dzikir
| ditulis 06.03.06 | Machfud - CSO] |
Hidup di dunia hanyalah "sekedar mampir", dengan kata lain sementara dan tidak selamanya. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari kita untuk selalu mengingat Sang Pencipta, Allah Yang Maha Kuasa. Mengingat Allah tidak hanya ketika shalat saja, ketika makan minum, bepergian, di waktu luang bahkan disaat sibuk sekalipun, dikantor atau ketika sedang kerja misalnya. Dan cara yang paling mudah dan ringan adalah dengan Dzikir.
Lafadz Subhanallah, Alhamdulillah, Laailahaillallah dan Allahu Akbar adalah lafadz dzikir yang dianjurkan oleh Rasullullah. Ke empat lafadz yang dikenal sebagai Lafadz Tasbih ini memiliki banyak sekali keutamaannya. Dan jika dihitung keutamaannya sesungguhnya terdapat lebih dari seratus fadhilah. Dari ratusan keutamaan itu kami simpulkan menjadi 59 Keutamaan berikut ini : 1.Dzikir menjauhkan diri dari syetan dan menghancurkan kekuatanya
2. Dzikir menyebaban ia dicintai Allah SWT
3. Dzikir menjauhkan kegelisahan dan kesedihan hati
4. Dzikir menjadikan hati lapang, gembira dan berseri-seri
5. Dzikir menguatkan tubuh dan hati
6. Dzikir menjadikan bercahayanya rumah dan hati
7. Dzikir dapat menarik rizki
8. Orang yang selalu berdzikir akan dipakaikan kepadanya pakaian kehebatan dan kegagahan yaitu orang yang melihat akan merasa gentar dan akan merasakan kesejukan
9. Dzikir dapat menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, sedangkan cinta kepada Allah ini merupakan ruh Islam dan jiwa agama, juga sebagai sumber keberhasilan dan kebahagiaan, keduanya akan mudah dicapai oleh orang yang selalu berdzikir. Barang siapa yang ingin dapat mencintai Allah dengan benar, hendaklah memperbanyak dzikrullah. Demikian pula, dzikir merupakan pintu cinta kepada Allah
10. Dengan dzikir, kita akan mampu bermuraqabah yang akan menyampaikan kita kepada derajat ikhsan. Orang yang telah mencapai derajat ikhsan, dalam ibadahnya seakan-akan melihat Allah SWT
11. Dzikir merupakan sarana untuk kembali kepada Allah yang akan membawa seseorang berserah diri kepada Allah. Sehinga sedikit demi sedikit, dalam segala urusan, Allah akan menjadi tempat perlindungan, rumah dan benteng baginya. Dalam menghadapi musibah juga akan cenderung berlindung kepadaNya.
12. Dzikir dapat menyebabkan seseorang dekat kepada allah. Semakin banyak seseorang mengingat Allah, ia akan semakin dekat kepada Allah Ta’ala. Semakin lalai seseorang dalam mengingatNya, ia akan semakin jauh dari Allah Ta’ala
13. Dzikir merupakan pintu ma’rifatulah
14. Dengan berdzikir, kehebatan dan kebesaran Allah akan masuk ke dalam hati, juga sebagai sarana agar bergairah menghadirkan diri di hadapan Allah.
15. Dzikir merupakan penyebab ingatnya seseorang kepada Allah, sebagaimana firmanNya “Karena itu ingatlah kamu kepadaKu niscaya aku ingat pula kepadamu”. Di dalam hadits juga disebutkan “Barangsiapa mengingatKu dalam dirinya, maka aku akan mengingatNya dalam diriKu”
16. Dzikir dapat menghidupkan hati. Hafizh Ibu Taimiyyah rahimullah berkata bahwa dzikir bermanfaat bagi hati sebagaimana ikan yang memerlukan air. Kita dapat memikirkan bagaimana jadinya jika ikan hidup tanpa air.
17. Dzikir merupakan makanan bagi hati dan ruhani. Jika keduanya tidak memperoleh makanan maka keadannya sebagaimana tubuh yang tidak memperoleh makanan
18. Dzikir menjauhkan hati dari karat. Sebgaimana disebutkan dalam hadits bahwa segala sesuatu itu akan berkarat atau kotor. Kotoran hati adalah keinginan hawa nafsu dan kelalaian. Keduanya akan sulit dibersihkan kecuali dengan dzikir. Untuk itu, dzikir bermanfaat untuk membersihkanya.
19. Dzikir menjauhkan diri dari kesusahan dan kesalahan
20. Dzikir dapat menjauhkan diri dari perasaan takut dan was-was. Apabila seseorang dihinggapi kelalaian, ia
21. Apabila seseorang berdzikir kepada Allah maka emapat penjuru ‘Arsy akan berdzikir kepadaNya.
22. Apabila pada waktu senang seseorang berdzikir mengingat Allah SWT, maka Allah akan mengingatnya ketika dalam kesusahan
23. Dzikir merupakan sarana untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah SWT
24. Dzikir menyebabkan turunnya sakinah serta rahmat.
25. Dengan berdzikir, lidah seseorang akan terjauh dari ucapan-ucapan dosa seperti ghibah, memaki, berbohong, perkataan kotor, dan perkataan sia-sia. Kenyataan telah membuktikan bahwa orang-orang yang sibuk berdzikir akan selamat dari perbuatan-perbuatan tersebut. Sebaliknya, lidah yang tidak dibiasakan berdzikir akan terjerumus ke dalam ucapan yang tercela.
26. Majelis dzikir adalah majelis malaikat, sementara majelis lalai dan sia-sia adalah manjelis syetan. Terserah kepada pribadi masing-masing untuk memilih yagn disukainya. Setiap orang tentu menyukai sesuatau sesuai dengan sifat dan kecenderunganya.
27. Dengan berdzikir, seseorang akan menjadi baik dan bahagia. Demikian pula orang-orang yang menyertainya. Sebailknya, orang-orang yang menghabiskan waktunya dengan sia-sia adalah orang –orang yang jahat dan celaka, demikian pula orang-orang yang menyertainya
28. Pada hari kiamat, orang–orang yang selalu berdzikir akan terhindar dari bencana dan penyesalan. Untuk itu, disebutkan dalam sebuah hadits bahwa setiap majelis yang ada di dalamnya tidak ada dzikrullah akan menyebabkan kesusahan dan kerugian pada hari kiamat.
29. Apabila seseorang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga menangis, pada hari kaiamat nanti, ia akan memperoleh naungan di bawah ‘Arsy Ilahi, ketika seluruh manusia sedang dihisab dan merasakan panas yang sangat menyiksa
30. Orang yang menyibukan diri dengan berdzikir akan mendapatkan karunia lebih banyak daripada orang-orang yang berdoa, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits, “Barangsiapa karena sibuk berdzikir sehingga tidak sempat untuk berdoa, maka Aku akan memberikan yang lebih baik daripada orang – orang yang berdoa”
31. Meskipun dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, tetapi mempunyai fadhilah (keutamaan) yang paling utama karena menggerakan lidah lebih mudah daripada menggerakan anggota badan lainya.
32. Dzikrullah merupakan pohon di syurga.
33. Nikmat dan karunia yang diberikan Allah kepada seseorang karena berdzikir tidaklah diberikan karena amal-amal lainya.
34. Seseorang yagn berdzikir secara istiqomah (terus menerus) akan selamat dari melupakan dirinya, yang menyebabkan kecelakaan dunia dan akhirat. Karena melupakan diri sendiri dan tipuan-tipuanya berarti melupakan Tuhan, dan orang yang melupakan Tuhan niscaya akan memperoleh kerugian. Allah memperingatkan dalam firmanNya : ”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah lalu Allah menjadikan kamu seperti orang-orang yang lupa kepada diri mereka sendiri. Merka itulah orang-orang yang fasik” (Al-Hasyr : 19)
35. Dengan berdzikir, seseorang dapat senantiasa mencapai kemajuan dan kejayaan, baik ketika ia beristirahat atau ketika berada di pasar, ketika sehat maupun ketika sakit, ketika sibuk mengecap kenikmatan hidup maupun ketika mengalami berbagai kekurangan. Pendek kata, pada setiap saat dan keadaan, ia akan memperoleh kejayaan.
36. Cahaya dzikir senantiasa bersama orang yang berdzikir, baik di dunia maupun di dalam kubur, dan ia membimbing ketika melewati shirath
37. Dzikir adalah intisari ilmu tasawuf, yang diamalkan oleh setiap ahli thariqah. Jika telah terbuka pintu dzikir bagi seseorang, berarti telah terbuka baginya jalan menuju Allah. Barangsiapa telah menuju kepada Allah, niscaya ia telah memperoleh semua yang dikehendakinya, karena khazanah Illahi tidak akan berkurang sedikitpun.
38. Dzikir merupakan pohon yang setiap waktu menghasilkan buah makrifat
39. Dzikri mendekatkan kepada Dzat yang kepadaNya ia berdzikir, sehingga orang yang berdzikir akan disertai olehNya
40. Dzikir seimbang dengan memerdekakan hamba, seimbang dengan membelanjakan harta, dan seimbang pula dengan Jihad Fisabilillah (berjuang di jalan Allah).
41. Dzikir merupakan sumber syukur
42. Dzikir merupakan obat penyakit hati
43. Dzikir merupakan sumber persahabatan dengan Allah, sebaliknya melalaikanya merupakan sumber permusuhan dengan Allah
44. Dzikir dapat menambah nikmat Allah dan menyelamatkan dari adzabNya
45. Allah membangga-banggakan orang-orang yang berdzikir di hadapan para malaikat
46. Barangsiapa senantiasa berdzikir, ia akan masuk syurga sambil tersenyum-senyum
47. Amalan yang paling utama adalah amalan yang disertai dengan berdzikir sebanyak-banyaknya
48. Dzikir merupakan pengganti ibadah-ibadah nafilah (sunah)
49. Dzikir merupakan pendorong ibadah-ibadah lainya
50. Dengan dzikir, hal-hal yang berat akan menjadi ringan
51. Dzikir akan menghindarkan semua bentuk ketakutan dan kebimbangan
52. Dzikir menimbulkan dan tenaga istimewa pada manusia
53. Allah SWT sendiri membenarkan dan memuji orang-orang yang berdzikir
54. Dzikir menyebabkan terbangunya rumah di syurga
55. Dzikir merupakan perisai atau penghalang di neraka jahanam
56.
57. Memperbanyak dzikir merupakan jalan untuk membebaskan diri dari kemunafikan
58. Dibandingkan amalan-amalan lainya, dzikir mempunyai kelezatan yang tidak dimiliki oleh amalan-amalan lain
59. Di dunia, wajah orang yang berdzikir akan nampak gembira dan akan nampak nur (cahaya) pada hari kiamat.
Dzikir kepada Allah SWT merupakan kiat untuk menggapai ketenangan jiwa, yakni dzikir dalam arti selalu ingat kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut nama-Nya dalam berbagai kesempatan.
Mari Kita tingkatkan DZIKIR kita ...
..... demi hidup yang lebih produktif dan bahagia.
|
Sabtu, 19 Oktober 2013
Keutamaan Dzikir
Sabtu, 12 Oktober 2013
Sedekah tidaklah mungkin mengurangi harta ... Yakinlah!
لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu.”Dalam riwayat lain disebutkan,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut[1]. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”[2]Hadits ini dibawakan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi dalam Riyadhus Shalihin pada Bab “Kemuliaan, berderma dan berinfaq”, hadits no. 559 (60/16).
Beberapa faedah hadits:
Pertama: Hadits di atas memberikan motivasi untuk berinfaq.[3] Bukhari sendiri membawakan hadits ini dalam Bab “Motivasi untuk bersedekah (mengeluarkan zakat) dan memberi syafa’at dalam hal itu”. An Nawawi membuat bab untuk hadits ini “Motivasi untuk berinfaq (mengeluarkan zakat) dan larangan untuk menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan).”
Kedua: Hadits ini menunjukkan tercelanya sifat bakhil dan pelit.
Ketiga: Hadits di atas menunjukkan bahwa al jaza’ min jinsil ‘amal, balasan sesuai dengan amalan perbuatan.[4]
Keempat: Ibnu Baththol menerangkan riwayat pertama di atas dengan mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta.”[5]
Kelima: Menyimpan harta yang terlarang adalah jika enggan mengeluarkan zakat dan sedekah dari harta tersebut. Itulah yang tercela.[6]
Keenam: Hadits ini menunjukkan larangan enggan bersedekah karena takut harta berkurang. Kekhawatiran semacam ini adalah sebab hilangnya barokah dari harta tersebut. Karena Allah berjanji akan memberi balasan bagi orang yang berinfaq tanpa batasan. Inilah yang diterangkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani.[7]
Ketujuh: Bukhari dan Muslim sama-sama membawakan hadits di atas ketika membahas zakat. Ini menunjukkan bahwa yang mesti diprioritaskan adalah menunaikan sedekah yang wajib (yaitu zakat) daripada sedekah yang sunnah.
Kedelapan: Ibnu Baththol mengatakan, “Hadits ini menunjukkan sedekah (zakat) itu dapat mengembangkan harta. Maksudnya adalah sedekah merupakan sebab semakin berkah dan bertambahnya harta. Barangsiapa yang memiliki keluasan harta, namun enggan untuk bersedekah (mengeluarkan zakat), maka Allah akan menahan rizki untuknya. Allah akan menghalangi keberkahan hartanya. Allah pun akan menahan perkembangan hartanya.”[8]
Kesembilan: Sedekah tidaklah mengurangi harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”[9]Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:
1. Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan kebiasaan.
2. Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.[10]
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan hadits di atas dengan mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya semata. Beliau bersabda, “Sedekah tidaklah mungkin mengurangi harta”. Kalau dilihat dari sisi jumlah, harta tersebut mungkin saja berkurang. Namun kalau kita lihat dari hakekat dan keberkahannya justru malah bertambah. Boleh jadi kita bersedekah dengan 10 riyal, lalu Allah beri ganti dengan 100 riyal. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”. -Demikian penjelasan sangat menarik dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah[11]-.Alhamdulillah, beberapa faedah sangat berharga telah kita gali dari hadits di atas. Semoga hal ini semakin mendorong kita untuk mengeluarkan zakat yang nilainya wajib dan sedekah-sedekah lainnya. Perhatikanlah syarat nishob dan haul setiap harta kita yang berhak untuk dizakati. Semoga Allah selalu memberkahi harta tersebut.
Namun ingatlah, tetapkanlah niatkan sedekah dan zakat ikhlas karena Allah dan jangan cuma mengharap keuntungan dunia semata. Kami mohon pembaca bisa baca artikel menarik lainnya di sini: Amat disayangkan, banyak sedekah hanya untuk memperlancar rizki.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi ilmu bermanfaat bagi kita sekalian. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumasyho.com
Diselesaikan selepas shalat Maghrib, di Pangukan-Sleman, 19 Shofar 1431 H
[1] Lihat tafsiran hadits ini sebagaimana yang disampaikan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, 3/300, Darul Ma’rifah, 1379.[2] HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88.[3] Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhis Sholihin, Dr. Musthofa Sa’id Al Khin dkk, hal. 480, Muassasah Ar Risalah, cetakan keempat belas, tahun 1407 H.[4] Idem.[5] Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Baththol, 4/435-436, Maktabah Ar Rusyd, cetakan kedua, tahun 1423 H.[6] Faedah dari Fathul Bari, 3/300, juga dari perkataan Ibnu Baththol di atas.[7] Lihat Fathul Bari, 3/300.[8] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/436.[9] HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah.[10] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16/141, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi, cetakan kedua, 1392.[11] Lihat Syarh Riyadhis Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 2/342, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, cetakan ketiga, 1424 H
Kekuatan Sedekah
By -
Pengetahuan yang berguna untuk kita amalkan bersamaAssalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
Diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, seperti berikut :
Tatkala Allah Ta’ala menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam.
Para malaikat kehairanan akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung ?”
Allah menjawab, “Ada, iaitu besi” (kita mafhum bahawa gunung batu pun boleh menjadi rata ketika dikorek/bore dan diratakan oleh bulldozer atau sejenisnya yang dibuat dari besi),
Para malaikat bertanya lagi “Ya Rabbi, adakah sesuatu alam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada besi?”
Allah yang Maha Suci menjawab, “Ada, iaitu api” (besi walau sekeras manapun boleh menjadi cair dan hancur setelah dibakar api),
Para malaikat kembali bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api?”
Allah yang Maha Agung menjawab, “Ada, iaitu air” (api membara sedahsyat apa pun niscaya akan padam jika disiram air),
Para malaikat pun bertanya kembali “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada air?”
Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, “Ada, iaitu angin” (air di samudera yang luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tiada lain kerana kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat),
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi “Ya Allah, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari itu semua?”
Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab, “
Ertinya, yang paling hebat, paling kuat dan paling dahsyat sebenarnya adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus dan ikhlas tanpa ada unsur menunjuk-nunjuk ataupun supaya diketahui orang lain .
Berkaitan dengan ikhlas ini, RasulAllah SAW mengingatkan dalam pidatonya ketika beliau sampai di Madinah pada waktu hijrah dari Makkah : “Wahai segenap manusia! Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niat, dan seseorang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya”.
Oleh kerana itu hendaknya kita selalu mengiringi sedekah kita dengan niat yang ikhlas hanya kerana Allah semata, tanpa berasa ingin dipuji, dianggap dermawan, dihormati, dll yang dapat menjadikan sedekah kita menjadi sia-sia.
Ganjaran bersedekah
RasulAllah Shollallahu Alaihi Wa Sallam menganjurkan kepada kita umatnya untuk memperbanyak sedekah, hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi bertambah berkah.
Allah memberikan jaminan kemudahan bagi orang yang berdekah, ganjaran yang berlipatganda (700 kali) dan sebagai ganti, sebagaimana firman-Nya dan sabda RasuluAllah SAW, sbb :
Allah Ta’ala berfirman, ” Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “.
{Qs. Al Lail (92) : 5-8}
Allah Ta’ala berfirman, “Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki . Dan Allah maha luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui” .
{Qs. Al Baqarah (2) : 261}
RasulAllah SAW bersabda, “Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia dibumi. Yang satu menyeru, “Ya Tuhan, kurniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah “. Yang satu lagi menyeru “musnahkanlah orang yang menahan hartanya”.
Tolak Bala dengan Sedekah
Orang-orang yang beriman sangat sedar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala, kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda RasulAllah SAW , sbb :
“Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah “.
“Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah”
“Ubatilah penyakitmu dengan sedekah” .
Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk
melakukannya kerana kekhuatiran bahawa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kala kita enggan memberi sedekah kepada pengemis yang kita temui ditepi jalan dengan anggapan bahawa mereka (pengemis/peminta tsb) menjadikan meminta-minta sebagai pekerjaannya, malas, dll. Padahal sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan syaitan laknatullah yang tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah), sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian kerana seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah dan rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk selalu bersedekah, masalah mungkin timbul apabila ternyata kemudiannya bahawa sedekah yang kita beri kepada pengemis/peminta tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, kerana sedekah hakikatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Pengemis/peminta/fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkemampuan, dapat kita bayangkan andaikata tidak ada lagi orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah) ???
Atau kalau kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada pengemis/peminta/fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan maka biasakanlah bersedekah dengan menyiapkan sejumlah wang sebelum sholat Jum’at dan memasukkan ke kotak-kotak sumbangan yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minima setiap Jum’at, misalnya Jum’at ini kita menyumbang RM5 kekotak amal tersebut maka sebaiknya Jum’at berikutnya harus dengan jumlah yang sama, syukur jika boleh diberi lebih dan yang terpentingnya harus diiringi dengan keikhlasan.
Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga disisi Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebahagian hartanya akan rugi didunia dan akhirat kerana tidak mendapat keberkatan.
Jadi, sebenarnya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah dan sebaliknya
menahannya adalah celaka. Tidak menghairankan jika orang yang bersedekah diibaratkan orang yang melabur (invest) dan menabung disisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperolehnya berlipat ganda. Mereka tidak akan rugi meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu.
Sedekah yg pahalanya terus mengalir
Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda :
“Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal :
amal jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo’akannya”
(HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrad).
Berikut contoh konkrit, sadaqah (amal) jariah, yang pahalanya terus mengalir walaupun si pemberi sadaqah telah wafat :
http://warmfuzzy.wordpress.com/2006/07/20/sedekah-jariah/
Jadilah dai “sejuta artikel” dengan meneruskan artikel ini kepada saudara-saudara kita sesama muslim yang barangkali belum mengetahuinya, sehingga kita tidak dilaknat Allah dan seluruh mahluk kerana tidak menyampaikan (menyembunyikan) apa yang telah kita ketahui, sebagaimana diyatakan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah Ayat 159 :
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayat, sesudah Kami terangkannya kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk “.
Dari Abdullah bin ‘Amru ra, RasulAllah S.A.W bersabda: “Sampaikanlah pesanku walaupun hanya satu ayat”.
Semoga Allah Ta’ala membalas ‘amal Ibadah kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Sedekah ada dua macam :
1.Sedekah Sunah, berupa infak dan kadarnya tidak di tentukan seperti untuk fakir miskin.
2.Sedekah wajib yang kadar mengeluarkannya di tentukan,seperti Zakat Fitrah.
Manfaat harta yang di nafkahkan dijalan Allah;
Dalam surat Al-Baqarah surat kedua,ayat 261 Allah berfirman :Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,pada tiap-tiap bulir;seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang di kehendaki.Dan Allah maha luas (Karunia-nya)lagi maha mengetahui.
Ada pertanyaan lain dari satu peserta menanyakan Kepada siapa saja nafkah tersebut di berikan?
Didalam surat Al-Baqarah surat ke dua ayat 215 Allah berfirman :Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan,jawablah :”Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada Ibu,Bapak ,kaum kerabat,anak-anak yatim,orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”.Dan apa saja kebajikan yang yang kamu buat,maka sesungguhnya Allah maha mengetahui.
Amalan apa saja yang terus menerus mendatangkan pahala?
Nabi Muhammad Rosulullah saw.Bersabda .”Apabila anak cucu Adam (yakni umat manusia ) telah meninggal dunia,maka telah putuslah amal perbuatannya,kecuali tiga hal:
1.Sedekah jariah;
2,Ilmu yang bermanfaat;dan
3.Putra yang saleh yang mendoakannya”,(HR. Muslim)
Sedekah Membawa Berkah
Bagian kedua dan terahir
Manusia adalah makhluk individu dalam beramal saleh untuk mendapatkan Ridha (pahala) Allah
Apabila seorang anak Adam meninggal dunia,putuslah amal perbuatan (yang dapat menyampaikan pahala kepadanya) Kecuali tiga perkara:anak yang saleh yang mendoakan –nya,sedekah jaria (wakaf),dan ilmu yang dapat diambil manfaat dari padanya.”HR. Muslim dari Abu Hurairah
Mungkinkah seorang yang tidak punya bersedekah ??
Mungkin saja tergantung niat,karena barang siapa berbuat kebajikan akan mendapat pahal disisi Allah.Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa saja yang di kehendakinya (Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 261).Pengertian sedekah tidah hanya berupa uang melainkan bisa juga dalam bentuk pikiran,tenaga,dzikir,do’a.
Amal apa saja yang baik untuk dilakukan ?
Rasulullah saw .mengemukakan bahwa ada amal yang sangat baik untuk kita lakukan,diantaranya :
/*1.Keharusan mengingat Allah
Zikir kepada Allah, adalah selalu mengingat Allah,baik dengan hati,lisan maupun perbuatan.Hal ini merupakan sesuatu yang amat ditekankan,bahkan hanya perintah ini yang menggunakan kata banyak (katsir),Allah berfirman,wahai orang yang beriman !ingat lah kepada Allah,dengan mengingatnya (nama-nya) sebanyak-banyaknya,”(Al-Ahzab:41).
2.Saling menasehati
Manusia mungkin saja melakukan kesalahan atau kekhilafan.oleh karena itu,saling mengingatkan atau menasehati merupakan sesuatu yang dibutuhkan, sehingga terhindar dari kerugian.Allah swt.Berfirman:Sungguh,manusia berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebe-naran dan saling menasehati untuk kesabaran.”(al-“Ashr:2-3).
3.Menyantuni orang lain
Banyak diantara manusia yang membutuhkan bantuan orang lain.oleh karena itu,sangat baik bila seseorang menyantuni orang lain untuk mengatasi persoalan mereka.Allah swt .Berfirman”Mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakan.Katakanlah ,’Harta apa saja yang kamu infakan,hendaknya diperuntukan bagi kedua orang tua, kerabat,anak yatim,orang miskin dan orang yang dalam perjalanan,’Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan,maka sesungguhnya Allah maha mengetahui,”(al-Baqarah:215)
Sedekah Membawa berkah
Rasulullah bersabda,:Allah azza wa jalla berfirman:Bersedekahlah wahai anak Adam,niscaya Aku akan bersedekah untukmu”.(Al-Hadits)
Berkah sedekah,dua bulan setelah pengajian datang seorang Ibu kekantor Yayasan mengisahkan manfaat mengikuti pengajian.Dia mengucapkan terima kasih kepada Yayasan yang telah mengadakan pengajian rutin.Dia selalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu bersedekah dengan iklas dan niat yang baik.Tuhan telah mengabulkan permohonannya dan sang Ibu telah mendapatkan pasangan hidup yang bahagia.Alhandullilah segala puji bagi Allah yang telah memberiakan nikmat Iman Islam,semoga tulisan ini akan bermanfaat adanya…Amiiiin
Salah satu amal shalih yang sangat dianjurkan sebagai ibadah utama di bulan Ramadhan ialah bersedekah. Tapi tentu saja, sebagaimana berakhlaq mulia, bersedekah juga semestinya tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan, melainkan selamanya.
Sedekah merupakan bagian dari upaya tadzkiyyatun nafs, membersihkan pribadi, baik lahir maupun batin. Jika hati bersih, rahmat Allah SWT mudah menghampiri. Sebab, Allah itu suci, hanya berdekatan dengan yang serba suci.
Dalam Al-Quran, sedekah disebutkan sebagai salah satu ibadah yang utama. Bahkan dalam kitab suci itu kalimat perintah Allah untuk bersedekah menggunakan huruf waw ‘athaf, yang biasa digunakan sebagai kata-kata sumpah. Misalnya, Wallahi, demi Allah. Dengan demikian, sedekah merupakan perintah yang sangat mengikat dan sangat penting.
Begitu pentingnya sedekah, sehingga dalam Al-Quran terdapat banyak perintah mengenai amalan utama itu. Misalnya dalam surah Ibrahim ayat 31, “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi maupun terang-terangan, sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual-beli dan persahabatan.”
Konsep sedekah sesungguhnya tidak semata-mata berkaitan dengan pemberian materi. Sebab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Maka, sedekah sesungguhnya identik dengan amal kebajikan. Bahkan, sabda Rasulullah SAW lagi, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Mengapa sedekah sangat dianjurkan? Barangkali karena sifat alamiah manusia yang memang sangat sulit berbagi, apalagi menjadi dermawan. Lho, mengapa enggan memberi? Karena sebagian orang berpikir bahwa, dengan memberi, harta miliknya akan berkurang. Atau, barangkali mereka berpikir, jangankan untuk orang lain, untuk diri sendiri saja masih kurang.
Itu sebabnya banyak orang berpikir, sebaiknya menunggu sampai harta cukup dulu, baru kemudian bersedekah. Padahal, dalam praktek, harta yang dikumpulkan itu malah tidak pernah cukup, selalu saja kurang, sehingga sedekah pun tertunda.
Dalam masyarakat, banyak kita jumpai orang yang hidupnya telah mapan, bahkan kaya raya, tapi tetap saja kikir, pelit, bakhil. Bahkan semakin kaya semakin bakhil, sehingga semakin hari semakin merasa kurang saja. Karena merasa selalu kekurangan, ia pun enggan bersedekah. Padahal, menurut Al-Quran, kalau kita ingin dicukupkan rezeki oleh Allah SWT, haruslah bersedia berbagi.
EMPAT KEUTAMAAN
Sedemikian penting dan utamanya bersedekah, sehingga kita dianjurkan menunaikannya sebagai inisiatif, bukan atas permintaan. Sangat utama ditunaikan di depan, bukan setelah ada sisa dari suatu harta. Juga jangan diberikan setelah melaksanakan suatu perbuatan, karena hal itu bukan sedekah, melainkan syukuran.
Jika sedekah disampaikan di depan, sebagai inisiatif, akan “mengundang” kekuasaan Allah, yang berjanji melipatgandakan “pengganti” sedekah sampai 700 kali. Simak surah Al-Baqarah ayat 261, “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah itu, (sedekah-Nya) serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, setiap bulir (terdapat) seratus biji. Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mahaluas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.”
Yakin bahwa Allah tak mungkin ingkar janji, seorang sufi menjadi sangat dermawan. Dan justru karena sangat dermawan itulah ia tak pernah kekurangan, bahkan sahabatnya semakin bertambah dan ia semakin dicintai orang. Ada pula ulama yang, karena sedang sangat membutuhkan dana, malah memperbanyak bersedekah. Dan hasilnya, Allah melipatgandakan pengganti sedekah yang telah ia keluarkan.
Bagi seorang mukmin, hidup di dunia merupakan kesempatan yang baik untuk bersedekah, sebagai upaya untuk membangun solidaritas antarmanusia. Sebuah prinsip yang kelihatannya sangat sederhana dan “aneh”: mumpung masih hidup, kita harus bersedekah. Lho, mengapa? Sebab, firman Allah, di hari kiamat kelak tak seorang pun yang bersedia menerima sedekah lagi. Sebab, semua orang terlalu sibuk degan urusan masing-masing.
Apa sebenarnya keutamaan sedekah? Menurut Rasulullah SAW, ada empat keutamaan. Pertama, sedekah justru mengundang rezeki. Semakin banyak bersedekah, semakin banyak rezeki melimpah. “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, dan bertambah”, sabda Rasulullah.
Kedua, sedekah bisa menyembuhkan penyakit. Karena sedekah dapat membersihkan hati dan pikiran, dampaknya secara psikologis dapat pula membantu penyembuhan, berkat ridha Allah SWT. Selain itu, Allah menjanjikan melipatgandakan ganjaran sedekah hingga 700 kali lipat. Dengan bersedekah Rp.100.000,- misalnya, bukan tak mungkin akan kembali Rp.70.000.000. Dan dengan uang itulah si sakit membiayi proses penyembuhannya.
Ketiga, sedekah dapat menolak bala, menahan musibah, menghilangkan kesulitan. Sabda Rasulullah, “Jika seseorang ingin dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, ditolong atas semua permasalahannya, dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita, lebih bermasalah. Dan bersedekah merupakan upaya terbaik untuk membantu orang lain.” Sabda Rasulullah SAW lagi, “Bersegeralah bersedekah. Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.”
Keempat, sedekah dapat memanjangkan umur. Dengan bersedekah, kehidupan kita akan dipenuhi kebajikan. Selalu tumbuh kepuasan batin dan merasa lebih berbahagia, karena dapat membantu orang lain, dan semakin dicintai para sahabat. Dengan kebajikan, hidup menjadi lebih berkualitas.
Menurut Imam Ghazali, jika orang sudah benar-benar menyadari akan jadi dirinya, tahu perannya sebagai makhluk sosial, dialah muslim yang baik. Dan muslim yang baik ialah mereka yang gemar bersedekah. Cukup banyak kisah tentag muslim yang baik, yang gemar bersedekah, yang kemudian hidupnya berubah. Misalnya, yang dikisahkan oleh Ustad Yusuf Mansur, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Wisata Hati di Bulak Santri, Ciledug, Tangerang.
Alkisah, pada 2003, seorang pedagang bubur ayam di semarang, Jawa Tengah, ingin sekali memberangkatkan ibunya pergi menunaikan ibadah haji. Demi mewujudkan niat tersebut, ia membuka rekening khusus untuk tabungan haji. Tapi, setelah dua tahun menabung, uang yang terkumpul baru mencapai Rp.5 juta, padahal tarif ONH waktu itu sekitar Rp.25 juta.
Karena memang berniat baik, dan gemar membagikan bubur ayam kepada fakir miskin, Allah berkehendak menolongnya. Tak lama kemudian, tak disangka-sangka, ia memenangkan program undian berhadiah mobil mewah seharga hampir Rp.500 juta di Bank Mandiri tempat ia menabung. Karena tak sanggup membayar pajak, mobil itu ia jual kepada seorang hartawan.
Ajaib, mobil tersebut di beli dengan harga setengah miliar rupiah. Berarti Allah melipatgandakan tabungannya hingga 100 kali lipat. Walhasil, bukan hanya sang ibu tercinta yang pergi haji, si tukang bubur beserta istrinya pun berziarah ke Tanah Suci. Dan pulangnya menjadi tukang bubur yang kaya raya.
Kisah berikut mengenai seorang pedagang yang punya utang Rp.30 juta. Suatu hari ia dianjurkan oleh seorang ustad untuk bersedekah, padahal ia tak punya apa-apa lagi. Sang ustadz malah menganjurkan menjual satu-satunya harta yang masih dimilikinya, sebuah motor vespa, dan uangnya disedekahkan. Si pedagang menuruti nasihat itu. Baru saja berniat hendak menjual vespa, abangnya di swiss mengirim SMS, mengabarkan baru saja mentransfer uang Rp.30 juta.
Seorang insinyur punya utang Rp.2 milliar. Ia bingung. Suatu hari ia menemui seorang ustadz, dan ia dianjurkan untuk bersedekah. Padahal, ia sudah tidak punya apa-apa lagi. Namun ustadz itu melihat, ia masih punya sebuah arloji yang bisa dijual dan uangnya disedekahkan. Insinyur itu pun menurut, menyedekahkan satu-satunya arloji yang ia beli di Singapura senilai $S 3.000 (27 juta) itu dengan ikhlas.
Tiga hari kemudian, ia mendapat proyek pembangunan senilai Rp. 5 miliar dan dibayar kontan di muka. Padahal, pembayaran lazimnya dilakukan setelah proyek selesai. Akhirnya, ia bisa melunasi utangnya yang Rp.2 milliar, dan menyedekahkan lagi uang sebanyak 1 miliar.
Kisah seorang sopir di bawah ini juga menarik. Ia tidak bisa membiayai hidup keluarganya hanya dengan gaji Rp.800.000. Maklum, ia harus menanggung satu istri dan lima anak. Suatu hari ia menceritakan kesulitan hidupnya kepada seorang ustadz.
Sang ustadz balik bertanya, “Bapak sudah bersyukur belum?”
Sopir itu menjawab sudah bersyukur, karena masih bisa bekerja. “Sebenarnya saya tidak ingin mengeluh, tapi kebutuhan saya tidak tercukupi, apalagi anak-anak bertambah besar”, katanya.
Menanggapi keluhan itu, sang ustadz menjelaskan, jika rasa syukur tidak diwujudkan dengan berbagi, bersedekah, belum menghasilkan perubahan. Karena itu ia menyarankan agar pak sopir bersedekah.
Mendengar penjelasan tersebut si sopir berkata, “Bagaimana mungkin bersedekah, uang yang ada saja masih kurang.”
Dengan tenang ustadz itu menjawab, “Lebih baik Bapak coba dulu, keluarkanlah sedekah. Inya Allah, Allah SWT akan mencukupi kebutuhan Bapak.”
Tak lama kemudian sopir itu menyedekahkan Rp.100 ribu. Seminggu kemudian, ia diajak majikannya ke luar kota untuk urusan bisnis. Ternyata bisnis majikannya sukses, dan sopir itu mendapat bagian Rp.1 juta.
Masih ada kisah mengenai keberkahan sedekah yang dialami seseorang marbot masjid. Ketika ia sedang asyik membersihkan masjid, tiba-tiba datang seorang ibu minta uang Rp.10 ribu untuk ongkos pulang. Si marbot punya Rp.15 ribu, dan langsung menyerahkannya kepada ibu yang sangat membutuhkan itu. Seminggu kemudian, ia mendapatkan sumbangan uang dari para jamaah, khusus untuk si marbot. Setelah dihitung, jumlahnya mencapai Rp.1.5 juta.
Sekitar tahun 1980, seorang pedagang gorengan di jakarta , selama tiga hari melihat seorang bocah laki-laki lusuh berlalu-lalang dengan wajah sedih di depan gerobak dagangannya. Dia tahu, anak itu menginginkan sepotong-dua potong gorengannya secara gratis. Karena tidak berani minta, ia hanya memandang gerobak gorengan itu dari kejauhan.
Pada hari keempat, pedagang gorengan itu menyisakan sepotong buntut singkong goreng yang biasanya tidak dijual. Dipanggilnya bocah itu sambil mengacung-acungkan sepotong singkong kecil itu. Tak menunggu lama, si bocah lansung berlari menyambar singkong itu seraya berucap, “Terima kasih, bang.” Matanya berbinar, tapi senyumnya terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, tukang gorengan itu masih berjualan di tempat yang sama. Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di depan gerobaknya yang diparkir di tengah perkampungan kumuh. Penumpangnya, seorang pria muda berpenampilan wah, menghampiri pedagang gorengan itu. Ketika berhadapan, si pedagang gorengan seperti tak peduli. Tapi ia bingung ketika si pemuda perlente itu mendadak berucap, “Bang, ada buntut singkong?”
“Kagak ada, Mas! Buntut singkong mah dibuang. Kenapa kagak beli yang lain aja? Noh, ada pisang sama singkong goreng”, ujar si pedagang gorengan itu.
“Saya kangen ama buntut singkongnya, Bang. Dulu, Abang kan pernah ngasih saya buntut singkong goreng,” jawab pemuda itu, tersenyum
“Dulu, ketika saya masih kecil, dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang membiayai hidup saya. Temen-temen mengejek karena saya tidak bisa jajan. Selama empat hari saya berlalu-lalang di depan gerobak Abang ini, sampai Abang memanggil saya memberi sepotong buntut singkong goreng yang langsung saya sambar,” tuturnya.
Si pedagang gorengan terperangah. Dia tidak mengira sepotong buntut singkong, yang biasanya dibuang, bisa membuat pemuda itu mendatanginya dengan keadaan yang benar-benar berbeda. Si pedagang akhirnya ingat pada wajah yang pernah dikenalnya 24 tahun silam. “Yang saya beri dulu kan cuma buntut singkong. Kenapa kamu masih ingat sama saya?” tanya pedagang itu penasaran.
“Abang tidak sekadar memberi saya buntut singkong, tapi juga kebahagiaan,” papar si pemuda itu, lalu bercerita bahwa sesaat setelah menyambar singkong itu dia langsung memamerkannya kepada teman-temannya, ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu membuatnya sangat bahagia sehingga ia berjanji suatu saat akan membalas budi baik pedagang gorengan itu.
“Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Abang. Tapi, saya ingin memberangkatkan Abang berhaji. Semoga Abang bahagia”, ujar si pemuda. Pedagang gorengan itu hampir-hampir tidak percaya. Dua puluh empat tahun silam ia telah membahagiakan seorang anak yatim. Maka Allah pun membalas amal shalihnya itu, sebab ayahanda semua anak yatim adalah Rasulullah SAW.
Ada lagi kisah seorang pasien yang menurut dokter sudah tak punya harapan hidup lagi. Menyadari nasib buruknya itu, si pasien berusaha membuat sisa umurnya yang tinggal sedikit untuk beramal shalih.
Ia mengumpulkan delapan bayi yatim yang masih merah, merawatnya dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang. Ketika saat-saat terakhirnya (menurut perkiraan dokter) sudah tiba, anehnya ia justru lebih sehat. Bahkan sampai kini ia masih hidup. Malah, antara lain, ia menjadi ketua grup senam beranggotakan 2.000 orang. Bayi-bayi yang dirawatnya pun sudah dewasa, bahkan sudah ada yang menikah. Allahu akbar!
Percaya atau tidak, sedekah ternyata juga dapat mempermudah seseorang mendapatkan jodoh. Ini kisah tentang seorang wanita berusia 30-an tahun yang sulit mendapat jodoh, tapi tiba-tiba dilamar empat pria. Sebagai muslimah yang baik, ia berserah diri kepada Allah SWT, dan satu-satunya tempat curhat adalah kakeknya. Sang kakek pun menyarankan agar ia rajin bersedekah.
Ia lalu datang ke sebuah masjid yang sedang dalam tahap pembangunan, minta perincian harga empat macam bahan material yang sedang dibutuhkan oleh panitia pembangunan. Maka ia pun menyerahkan uang sejumlah harga untuk membeli bahan material yang dibutuhkan. Beberapa waktu setelah itu, datanglah seorang duda berniat mempersuntingnya, tapi ayahnya tidak setuju.
Di hari yang lain bertandanglah seorang pemasok berbagai jenis barang, juga berniat untuk melamarnya, tapi kali ini ibunya tidak setuju.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pria ingin mempersuntingnya, tetapi keburu pria itu dijodohkan dengan sepupunya, hingga urunglah niatnya untuk melamar si wanita idaman.
Di lain waktu, ia diperkenalkan dengan seorang pemuda dalam sebuah acara di masjid. Hari demi hari berlalu, hubungan mereka semakin dekat, dan si pemuda pun bermaksud melamarnya. Agar hati lebih mantap, wanita itu menunaikan shalat Istikharah, mohon petunjuk kepada Allah SWT. Kemudian ia bermimpi melihat matahari terbit, dan ternyata pemuda itulah jodohnya.
Lihatlah isyarat yang semula tak tampak tapi belakangan kelihatan jelas, empat macam sumbangan untuk pembangunan masjid agaknya isyarat empat pria yang datang melamar. Namun, sang wanita tetap menyerahkan pilihannya kepada Allah, Sang Pemberi Jodoh. Dan mimpi tentang matahari terbit itu ternyata jadi kenyataan: calon suami wanita itu bernama Syamsul Falah, si matahari kemenangan.
Jangan heran jika sedekah juga mampu mengembalikan suami yang hilang. Suatu hari, seorang ibu menerima kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan, dan ia harus membayar biaya perawatan sampai puluhan juta rupiah. Padahal ia tak punya harta yang nilainya sebanyak itu.Tapi, ketika ia menjenguk ke rumah sakit, ternyata suaminya raib. Setahun sudah suaminya hilang.
Suatu hari ibu tersebut mengadukan halnya kepada seorang ustadz, yang menyarankannya untuk bersedekah. Tapi, si ibu bilang tak punya harta apa-apa, dan untuk makan saja sulit.Tiba-tiba, ustadz itu melihat sebentuk cincin yang melingkar di jari manisnya. “Cincin itu juga bisa disedekahkan”, ujar ustadz itu.
“Tidak mungkin. Ini satu-satunya benda peninggalan suami saya,” katanya.
“Lho, justru itu. Nilai sedekah akan sangat tinggi bila yang disedekahkan adalah benda yang sangat dicintai,” kata ustadz itu lagi. Akhirnya, ia menjual cincin tersebut dan menyedekahkannya ke sebuah yayasan yatim piatu. Setelah itu, dengan langkah ringan ia pun pulang. Dari kejauhan rumahnya tampak sepi. Biasanya setiap sore anak-anaknya bermain di halaman.
Ketika ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam seperti kebiasaannya, mendadak ia terperanjat. Begitu pintu terbuka, yang tampak adalah wajah suaminya. Orang yang selama setahun hilang, tiba-tiba kembali pulang, entah dari mana, Sub-hanallah!
Bahwa sedekah bisa menolak mara bahaya, ikuti kisah-kisah ini. Suatu pagi, seorang ustads di Tangerang bersedekah kepada rekannya sesama ustadz. Menjelang sore, ustadz itu pergi ke Gunung Putri, Bogor, hendak mengajar. Di jalan tol, tiba-tiba mobilnya bertabrakan dengan mobil lain, tapi alhamdulillah ia selamat. Sang ustadz tidak heran, karena itu pasti kehendak Allah. Ia berkata dalam hati, “Mungkin karena tadi pagi saya sudah bersedekah.”
Seorang ibu selamat dari bencana tsunami di Aceh beberapa waktu lalu. Sebelum bencana, dia dan seluruh warga bergotong royong membangun masjid yang belum beratap, berpintu, dan berjendela. Ketika bencana tiba, seluruh warga selamat karena berlindung di dalam masjid yang mereka bangun.
Banyak hikmah berharga yang bisa dipetik dari kisah-kisah di muka. Kata Ustadz Yusuf Mansur, “Kalau mau rezeki dicukupkan oleh Allah, kita harus mau berbagi. Dengan jalan bersedekah. Siapa yang membutuhkan pertolongan dan kemudahan dari Allah, berbagi menjadi sebuah keharusan. Sebab, Allah akan membantu hamba-Nya jika ia mau membantu orang lain.”
Apalagi Allah juga berjanji akan mengabulkan permintaan yang keluar dari mulut orang yang tangannya rajin memberi. Sang Maha Pemurah selalu punya cara untuk melimpahkan rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Berkah sedekah hanya bisa dirasakan oleh orang yang bersedekah. Tapi, ia juga harus ikhlas. Akibat yang baik selalu berawal dari perbuatan baik.
Jika kita mengabaikannya, boleh jadi harta karunia Allah itu akan ditarik kembali. Kalau tidak ditarik kembali, bisa jadi pemiliknya akan kehilangan rasa menikmati. Memiliki harta berlimpah, tapi tergolek tak berdaya di tempat tidur, terkena stroke, hingga kaki dan tangan lumpuh, apa gunanya. Atau terkena penyakit gula, asam urat, kolesterol.
“Karena itu, janganlah kikir dalam bersedekah. Kekayaan yang ditimbun hanya akan menjadi beban di hari kiamat. Allah sudah memperingatkan, kekayaan yang ditimbun dengan sikap kikir akan dikalungkan di leher pemiliknya”, ujar Ustadz Yusuf Mansur lagi. Ia kemudian mengutip sebuah hadist qudsi, “Barang siapa berniat sedekah, kecepatan Allah membalasnya lebih dari gerakan sedekahnya
Sedekah Penuh Berkah, Ikuti Adabnya …
Agar sedekah kita penuh berkah, ikuti adab-adabnya …
Pertama: Luruskan niat! Hendaklah yang dicari hanyalah wajah Allah semata, bukan karena riya’ atau
ingin dipuji manusia dengan dikatakan dermawan.
ingin dipuji manusia dengan dikatakan dermawan.
Kedua: Harus dari harta yang halal!
Ketiga: Sedekah dengan harta yang paling dicintai
Keempat: Mendahulukan kerabat terdekat. Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (yang artinya):
“Sedekah kepada orang miskin mendapat satu sedekah, dan sedekah kepada saudara kerabat mendapat dua pahala; pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturahmi.” (HR. Ahmad (IV/18). Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini hasan dalam al Irwaa’ (no. 883)).
“Sedekah kepada orang miskin mendapat satu sedekah, dan sedekah kepada saudara kerabat mendapat dua pahala; pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturahmi.” (HR. Ahmad (IV/18). Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini hasan dalam al Irwaa’ (no. 883)).
Kelima: Jangan sembarangan memberi orang
Keenam: Menyembunyikan sedekah. Sebisa mungkin hendaknya bagi orang yang sedekah untuk menyembunyikan sedekahnya, kecuali apabila menampakkan sedekah membawa mashlahat yang kuat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka hal itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya, dan kamu berikan kepada orang orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik lagi bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka hal itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya, dan kamu berikan kepada orang orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik lagi bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).
Ketujuh: Keluarkan sedekah walaupun sedikit
Kedelapan: Tunaikan zakat yang wajib!
Kesembilan: Lembut kepada fakir miskin dan jangan diungkit ungkit! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Orang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al Baqarah: 262). Imam al Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Orang orang yang menyebut nyebut pemberiannya biasanya dari orang yang pelit. Orang yang pelit selalu merasa
besar dengan apa yang diberikannya sekalipun sedikit!”.
besar dengan apa yang diberikannya sekalipun sedikit!”.
Kesepuluh: Jangan rakus dengan harta dan dunia yang fana!
Dinukil dari : Keajaiban Sedekah, Abu Abdillah bin Luqman Al Atsari, Media Tarbiyah
Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.
Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?
Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.
Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.
Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.
Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita
Langganan:
Postingan (Atom)