Halaman

Minggu, 13 Januari 2019

SAAT MELAWAN TRAUMA TSUNAMI SELAT SUNDA DI PULAU SAMOSIR DANAU TOBA

Baru 2 minggu yang lalu kami keluarga besar Hamka30 pulang dari Pantai Carita dan terhindar dari bencana Maha Dahsyat Tsunami di Selat Sunda.Akhir tahun sebelumnya kami sudah rencana untuk Travelling ke Danau Toba dan Medan sekalian silaturahim dengan Om Ujang dan keluarga (adik saya no 6)yang memang tinggal dan tugas di Medan.
Tgl 4 Jan 19 Jumat seharusnya saya,doi ,abang Naufal dan Faras terbang ke Silangit Airport yang berada di Siborong borong 2 jam dari Prapat.Tetapi doi ternyata harus meeting mendadak  di pabrik akhirnya hanya kami ber3 yang berangkat via Halim dengan QG 20.Untung seat 17 DEF sederet .Sementara Hanif sudah dibujuk untuk ikut tapi dia tetap bersikeras tinggal karena sudah Semester terakhir dan siap UN.Anak yang makin bertanggung jawab dengan tugas belajar dan komitmennya.
Ada rasa takut saat terbang di Jumat menuju Siborong borong .Kami naik City Link lansung ke Silangit jadi tidak mengambil Kualanamu Airport karena memang target Naufal dan Faras Danau Toba,Samosir,Parapat dan sekitarnya.
City Link ontime berangkat dari Halim dengan cuaca yang cerah.Landing mulus di Silangit yang dalam tahap pembangunan menjadi International Airport.
Masih terbayang trauma saat gelombang Tsunami datang menghampiri kami di Villa 2 minggu yang lalu.masih fresh diingatan , tetapi hidup harus dilewati dan dilalui.Qadarullah kami masih selamat bahkan di ayat Al Quran sudah disebutkan hidup mati kita atas izin Allah.
Dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 145: 
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.Barangsiapa menghendaki pahala dunia,niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu,dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,Kami berikan (puula) kepadanya pahala akhirat itu.Dan Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur".
Kami dijemput Rental car yang diurusi Om Ujang dari Medan yang berangkat subuh Jumat.Kebetulan kita ambil Innova kijang berikut driver  biar nyaman karena travelling kami keliling Sumatera Utara.Setelah sampai di Silangit dimana aiport Silangit masih dalam proses pembangunan .Termasuk area ambil bagasi masih dalam tahap pembangunan.
Setelah ketemu Saiful driver yang menemani kami selama di Medan dan sekitarnya.Kita memutuskan makan siang dulu di Resto Sederhana Airport karena menurut dia agak susah rumah makan halal sepanjang siborong borong menuju Prapat.Makan b3 karena driver sudah makan siang dengan harga yang standard.
Kami menuju Balige sebelum Parapat yang ditempuh dengan 2 jam perjalanan jalan berliku dan berbelok.
Saiful menawarkan mampir di sebuah destinasi BUKIT TARABUNGA
BUKIT TARABUNGA
Bukit Tarabunga berada diatas perbukitan tidak jauh dari pusat Ibukota Kabupaten Tobasa,Balige.
Berada tidak jauh dari Kantor Dinas Pariwisata Balige.
Bukit Tarabunga ternyata mempunyai akses jalan yang mulus dan di kiri kanan terbentang sawah dan banyaknya kuburan dengan berbagai model dan type.Menurut info orang Batak lebih memilih membangun kuburan yang bagus dan indah dibandingkan rumah yang ditempatinya.Semakin tinggi derajat kebangsawanan mereka maka kuburan mereka semakin bagus dan indah.
Bukit Tarabunga berada diketinggian dengan hamparan rumput luas dengan pemandangan Danau Toba dari kejauhan.Inilah spot foto pertama kami dengan latar belakang Danau Toba yang sangat indah dengan hamparan hijau bukit disekitarnya.
Tidak lama kami menikmati  suasana Bukit Tarabunga karena Naufal pingin buru buru sampai ke Parapat.
Kami juga melewati Museum TB Silalahi dan Makam Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII.Berhubung mereka tidak tertarik mampir akhirnya kami hanya mengabadikan dari depan jalan utama saja.

Mampir di sebuah Mesjid Kampung yang bersih Mesjid Nurul Imam untuk Sholat Jamak .
Kami check in di Hotel Niagara 3 Room karena Keluarga Om Ujang sudah joint senja ini .Om Ujang dengan istri Emma dan 2 anak cowonya Farhan dan Keffi sudah bertemu di hotel saat kita check in.
Khusus tentang Hotel Niagara dan beragam fasilitasnya akan dibahas di lain kesempatan ya.
Besok sabtu pagi Doi dijemput Saiful ke Airport Silangit dan siangnya kami berniat untuk  ke Danau Toba .Dari awal Faras sudah bilang untuk tidak ikut ke Pulau Samosir barangkali masih ada rasa trauma sedikit .Tetapi Naufal bersikeras untuk tetap jalan ke Pulau Samosir karena memang dari awal ke Medan target utamanya ke Pulau Samosir.Sambil protes buat apa ke Parapat kalau tidak menyeberang ke Pulau Samosir.
Kami sempat mampir di Rumah Pengasingan Bung Karno di Danau Toba .Mampir sebentar biar punya koleksi foto kami di Rumah putih Bung Karno ini.
Saat Driver menuju ke lokasi Penyebrangan Ajibata - Samosir sambil jantung berdegup kencang.Ikut gak ya.
Ternyata penyebrangan Fery untuk rombongan,private tidak di Ajibata tapi di depan Hotel Inna Parapat.Setelah transaksi sewa ferry private rombongan kecil kita yang hanya 9 orang untuk PP dan ditunggu saat wisata Samosir dengan sewa Rp 1 juta deal.

Kami ber4 ditambah kel.Om Ujang b4 dengan drivernya total kami 9 orang  sementara Saiful driver rental Car kami tetap tidak mau ikut naik Ferry.Setelah dipaksa baru dia ngaku sangat trauma karena saat peristiwa KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba bulan Juni18 sekitar 180an penumpang tewas dia salah satu yang melihat lansung dari ferry yang melewati daerah itu.Kapal itu menyeberang dari Pelabuhan Simanindo Lab Samosir menuju Pelabuhan Tiga Ras Samosir.
Akhirnya dengan terpaksa dan sisa trauma masih saja belum hilang saya harus ikut menyeberang ke Pulau Samosir.Memang kami tidak berada di Laut lepas hanya Danau tetapi peristiwa tenggelam Kapal di danau serta Tsunami Banten membuat nafas masih berdegub kencang.
Tambah lagi 2x ferry kemasukan air di motor mesinnya sehingga harus diperbaiki dulu.Sempat saya dan Emma minta ganti Ferry tetapi para bapak bapak masih memastikan dulu kalau ferry ini masih layak jalan.
Setelah jalan sekitar 15 menit rasa takut saya mulai lambat laun hilang.Tambah lagi ada ibu setengah  baya pedagang di sana ikut terbawa ferry saat beliau tertidur di atas ferry.Sambil ngobrol melepas rasa ketakutan membuat saya sedikit bernafas lega dengan asyiknya obrolan kami berdua dengan si eda tadi.
Terlihat Faras dipojok belakang masih terlihat diam tanpa banyak ngobrol.Barangkali masih menyiapkan mental untuk bersahabat dengan air kembali.
Perjalanan dari Ajibata menuju Tomok Pulau Samosir ditempuh sekitar 45 menit-1 jam.Bahkan menurut info ke Pulau Samosir bisa lho ditempuh dengan jalur darat karena Pulau ini tidak terputus dari Pulau Sumatera tetapi di tempuh 5 jam dengan jalur yang berputar cukup jauh.Memang lebih afdol dengan menyebrangi via Ajibata-Tomok .Itulah rute reguler yang selalu digunakan untuk berwisata ke Pulau Samosir.
 Kami berlabuh di Tomok untuk lansung menuju Wisata Patung Sigale Gale
WISATA PATUNG SIGALE GALE
 Kami memilih menuju OBJEK WISATA BUDAYA SIGALE GALE walaupun selama  dijalan diantara pedagang pedagang cendera mata mereka menawarkan objek sigale gale yang lain.Tetapi karena kita sudah yang ke-2 ke sini sehingga mencari lansung ke objek utamanya saja.



Kami sampai di Objek Wisata tersebut lansung sudah didampingi salah seorang pemandu Wisata yang mengarahkan kami untuk melihat pertunjukan Patung Sigale Gale yang penuh mistis bisa menari layaknya manusia hidup.
Kali ini tak satupun anggota keluarga yang ikut menari karena kami sudah melihat 1 group sudah siap menggunakan selendang khas Batak Ulos untuk ikut menari dengan iringan musik dan sekaligus patung sigale gale yang ikut menari juga.
Masyarakat Batak Toba sangat percaya dengan tarian mistis patung sigale gale.Bahkan menurut ceritanya pembuat patung ini harus menyerahkan jiwanya kepada boneka patung yang mereka pahat.Hingga budaya ini masih melekat sampai sekarang dan masih dipercaya memiliki kekuatan mistis disaat patung menari barengan dengan para penonton.
Saya pernah tulis tentang cerita Patung Sigale gale saat Hamka30 bertandang perdana di Pulau Samosir th 2015.
Cekidot:
http://meciko.blogspot.com/2015/05/mysterius-patung-sigale-gale.html

 Di Desa Wisata Tomok Parsaoran Kec Simanindo  Samosir diantara Pagelaran Tarian Patung Sigale Gale itu terdapat beberapa rumah adat yang berdiri tegak yang dinamai Rumah Bolon.Tidak saja disini tetapi tidak berapa jauh dari sana terdapat Museum Batak.Kali ini kami tidak masuk ke Museum karena kedatangan perdana sudah puas masuk ke dalam yang berisi peninggalan harta para Raja Batak toba.
Kami cukup lama berada di Makam TUA RAJA SIDABUTAR
Sementara Makam Tua Raja Sidabutar sudah juga saya ulas dulu disini:
http://meciko.blogspot.com/2015/05/wisata-budaya-kuburan-tua-raja.html
SELAMAT DATANG DI OBJEK WISATA MAKAM TUA RAJA SIDABUTAR TOMOK” Mari kita wujudkan 4S “SENYUM,SAPA,SALAM,SENTUH Samosir Negeri Indah kepingan Surga demikian Poster besar Visit Samosir 2014-2015 terpqampang besar saat kami memasuki areal Makam tua Raja Sidabutar.
Sebenarnya tidak terlalu istimewa sekali di komplek pemakaman ini kecuali kompleks ini diisi oleh kuburan Raja dan permaisuri yang pernah berkuasa di Samosir. Raja Sidabutar merupakan orang pertama yang menginjak kaki di Samosir.Makam ini sudah berumur hampir 460 th lamanya.Semasa hidupnya Raja Sidabutar sudah mempersiapkan Makam dengan memakai tukang pahat dan dibuat dengan memakai upacara khusus.Ukiran kepala yang paling besar Makan Raja Sidabutar,ukiran kepala diujung satu lagi Permaisuri Boru Damanik beberapa Panglima Raja Guru Saung Lang Meraji.

Raja Sidabutar sangat sakti dengan rambut panjang dan gimbal.Menurut khabar bila rambutnya dipotong maka hilanglah kesaktian Raja Sidabutar,Pada saat raja Siodabutar meminang permaisuri Bore Damanik ia harus mempunyai mahar 2 ekor gajah yang harus dicari sampai ke Aceh oleh Panglima Lang Meraji.Kedua patung gajah juga diletakkan disamping kanan dan kiri makam .Tanda hewan itu punya symbol tersendiri buat raja.

Sementara bangunan makam dipojok kanan dengan tanda Salib dibawahnya  merupakan Raja ketiga Solompoan Sidabutar yang sudah memeluk agama Nasrani.Sementara raja sebelumnya menganut aliran kepercayaan Parmalim yang terlihat dari pahatan pahatan di makamnya .
mecikoblogspot
Berada di pemakamam tua dengan dinaungi pohon besar rindang yang mungkin sudah berumur ratusan tahun menambah suasana sedikit ngeri ngeri sedap di sini.
Makam dirawat oleh penjaga makam dan juga sekaligus menjadi pemandu wisata  kisah Raja Sidabutar.
Masuk makam tidak dipungut biaya tapi hanya butuh uang konstribusi .
Perjalanan kami lanjutkan menuju Museum Batak Tomok.





Tentang Sejarah Batu Gantung juga pernah saya ulas dengan riwayat di masyarakat Toba
Kami menuju sebuah tebing  karang terjal yang berada disisi tepian Danau Toba .Terlihat dari jauh hanya sebuah batuan yang sudah hitam yang menggantung di sebuah tebing hanya berukuran  sekitar 2 m dan menyerupai bentuk manusia.Wallahu alam.
Menurut kisah zaman dahulu kala Batu Gantung ini merupakan penjelmaan seorang Gadis Cantik yang bernama”Seruni”.Nasib tragis gadis cantik yang akan dijodohkan oleh orang tuanya sementara dia sudah mempunyai pria idamannya.Seruni yang sedang ditemani anjing kesayangannya “Toki” berada di ladang melamun dan putus asa.Ia menuju ke tepian Danau Toba tanpa disadarinya ia terperosok ke dalam lubang yang sangat dalam .Lubang batuan cadas hitam yang sangat gelap dan dalam .
Sambil berteriak minta tolong ke anjing kesayangannya sementara anjingnya tidak dapat membantu majikannya.Akibat putus asa di dalam lubang besar si gadis makin berputus asa “lebih baik aku mati saja daripada lama hidup mendwrita”.Tanpa diduga dinding” batu cadas bergerak merapat >Parapat! Parapat Batu…Parapat…seru si Gadis.
Anjing yang setia menggonggong menuju ke rumah majikan untuk memberi sinyal ke orang tua si Gadis.Orang tua si Gadis menuju arah lobang tempat anaknya terperosok bermaksud membatu ayahnya si Gadis tiba” bumi bergoncang hebat dengan gemuruhnya lubang batu itu menutup tiba” dan si Gadis tidak dapat diselamatkan dari peristiwa tadi.
Tiba tiba muncullah batu besar yang menggantung di tebing terjal itu.Rakyat mempercayainya itu jelmaan si Gadis Seruni yang kemudian diberi nama “Batu Gantung”.dan pasar/pekan ditepian Danau Toba tersebut di diberi nama “Parapat”.


Kami menghabiskan waktu sebelum kembali ke Prapat .Pulangnya saya sudah sedikit berani naik ke atas geladak kapal untuk melihat pemandangan sekitar danau Toba.Alhamdulillah bersyukur rasa takut dan trauma Tsunami mulai sirna saat kembali dari Samosir. 
Banyak cerita di perjalanan dan silaturahim kami ke Sumatera Utara sampai menuju Padang dan payakumbuh..Yuk simak terus travelling saya yachh....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar