Halaman

Kamis, 12 April 2012

PADI NENEK MENGUNING DI LEMBAH HARAU

Berkali-kali pulang kampuang  di  Harau, Desa Tarantang  dengan berbagai acara , pulang taragak,Lebaran,baralek(pesta) ,Mertua(Datuk Hanif)  meninggal   tapi belum pernah membahas secara detail tentang Harau.Desa kampuang  asalnya suami  yang dikelilingi bukit-bukit cadas berwarna warni  menjulang ke langit nan biru.
Ada rasa malu juga nic  daerah” wisata lain baik dalam dan luar  yang telah dikunjungi sudah banyak ditulis kok kampuang sendiri tertinggalkan. Ya begitulah Gajah di pelupuk mata gak nampak…..hehehe..Walaupun secara Wisata Sumbar sudah pernah dibahas di wisata & kuliner yang lain sic..
Ternyata kampung sendiri tidak kalah menariknya dari daerah-daerah lain.Bahkan para pemanjat” tebing handal memberi julukan Yosemitenya Indonesia..Fantastic ..Kampuang sendiri dijuluki wisata tebing sekelas Amerika Serikat..walau belum pernah ke sana. Cuma ngelirik di internet memang nyaris sama sic..berandai-andai bisa ke Yosemite National park ,California US…ngarepdotcom....
Kampuang Tarantang yang subur  berada di Kecamatan  Harau ,Kab 50 kota.Sumbar.Berada sekitar 140 km dari Kota Padang (Kota tempat saya dilahirkan).Dari Kota Gelamai Payakumbuh hanya sekitar 18 km.Tidak jauh dari Pasar tradisional Sari Lamak dan melewati  persimpangan dan gerbang masuk  di kiri jalan di atas bukit baru dibangun   Kantor Bupati  50 Kota Pusat Pemerintahan Kabupaten yang cukup megah menambah semaraknya Kampuang Harau.
Dari pintu gerbang masuk Sarilamak ,kampuang doi hanya berjarak sekitar 3-4 km setelah SMP Negeri  Harau di kanan jalan masuk ke kampuang tangah ( Kampung tengah) .Melewati sawah-sawah yang saat terakhir kami pulang kemaren (6-8 April’12) menguning dan sudah siap di panen(disabik).
Tanpa sengaja nenek membawa kami melewati pematang” sawah untuk memberikan informasi posisi sawah beliau yang cukup banyak di sekitar kampong ini.Mungkin kami  baru tahu juga kalau beliau mempunyai warisan sawah yang  banyak.Wajar saja beberapa tahun terakhir kami di rantau tidak pernah beli beras karena selalu dikirimi beras dari sawah sendiri..nasinya wangi dan rasanya tidak seperti rasa ketan……halah bilang aja gak mampu beli beras di rantau..ngeles aja…
Disela sela waktu santai rumah nenek di depannya ada kolam Ikan yang bisa  buat mancing..selalu bisa menyalurkan hobi Hanif dan Doi buat mancing..Ikannya lumayan seger setelah dipancing lansung di goreng...Enak...

Jalanan yang mulus diantara sawah kiri kanan jalan dan di depan mata  terhampar  bukit batu-batu granit menjulang  setinggi 100-500 m dengan warna-warni dari hijau karena lumut tahunan dan warna jingga yang  mengitari desa yang terhampar sawah-sawah. Penduduk kampong  Wow Indahnya…..
Sempat ngintip  penuturan Wikipedia maka dapat digambarkan :
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten Limapuluh Koto, propinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter. Lembah Harau .dilingkungi batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Berjalan menuju Lembah Harau amat menyenangkan. Dengan udara yang masih segar, Anda bisa melihat keindahan alam sekitarnya. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80 m hingga 300 m. Dari mulai saat memasuki
Lembah Harau , kita akan menemukan banyak keindahan yang memukau sepanjang jalan . Sangatlah cocok kalau sebagian pemanjat yang telah mengunjungi tempat ini memberi julukan Yosemite nya Indonesia. Tempat ini sudah lama menarik perhatian orang. Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah sering dikunjungi orang sejak 1926. Menyaksikan hamparan sawah yang indah, itu hal yang sudah biasa. Namun, jika hamparan sawah itu diapit oleh tebing tebing tegak lurus menjulang setinggi sekitar 150 meter hingga 200 meter, orang pasti akan berdecak kagum. Pemandangan itu bisa dilihat di Lembah Harau, Keindahan masih bertebaran di dataran tingginya. Di sana ada cagar alam dan suaka margasatwa. Lembah Harau seluas 270,5 hektar. Tempat ini ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993. Di cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau ter terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi yang dilindungi, plus sejumlah binatang langka asli Sumatera. Monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) merupakan hewan yang acap terlihat di kawasan ini.
Kawasan Obyek wisata Lembah Harau ini terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Resort Aka Barayu, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang . Pada resort Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bisa memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan fasilitasnya. Resort Sarasah Bunta terletak disebelah timur Aka Barayun, memeliki 4( empat) air terjun (sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai dan sarasah Aie Angek ) dengan telaga dan pemandangan yang indah seperti ; Sarasah Aie Luluih, dimana pada sarasah ini air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta”. Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “. Pada Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.Pada Resort Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2009 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
Tidak afdol rasanya kalau kami pulang ke Harau tanpa menyilau ke Aka Barayun atau Sarasah Bunta..Ada kesan yang tertinggal  kalau tidak sampai di objek wisata tersebut.
Biasanya kami bisa menikmati alam dan udara kampuang di pagi hari  dengan bersepeda santai bersama Hanif dan adek.Ataw pakai sepeda motor sambil menikmati udara pagi yang segar.
Melewati jalanan kampung beraspal  bagus dan sekali” berpapasan dengan mobil karena masih suasana pagi.Sawah” yang terhampar kiri kanan jalan dan di depan mata terbentang bukit granit berwarna kemerah”an dan efek warna akibat iklim dan cuaca .yang menjulang tinggi mengitari desa .Seperti kita terkukung di kawasan bukit batu. Benar-benar indah  dan memukau wajar saja sering kami ditemani pulang sampai rela nginap  oleh (Da Karib/Ni Ed) untuk nginap di rumah kampuang  karena layaknya villa di daerah wisata.saking indah dan nyamannya…..nyandu niyee…
Jadi ingat kisah 3 thn yang silam  belum mandi dan masih pakai baju rumahan naik motor berdua Naufal dalam suasana gerimis tanpa pakai helm karena jalanan licin dan dingin menusuk sampai ke tulang,Motor kami hilang keseimbangan dan terseret 1-2 m..Lumayan lecet” dan Naufal sempat luka” nyaris pingsan .Akhirnya diobati nenek dengan daun Ubi liar yang berfungsi sebagai obat luka traditional ….kenangan yang tidak bisa dilupakan…
Biasanya kita diminta karcis tanda masuk mungkin sekarang Rp 10.000, kalau  kita gak pernah bayar..lho kampuang sendiri..hehe..Setelah melewati gerbang restribusi tiket ada 2 jalur jalan menyimpang.Jalur ke Kiri ke arah Resort Wisata Akar Berayun dan jalur kanan ke Resort Sarasah Bunta..
Ternyata Lembah Harau sudah menjadi kawasan hutan lindung  &   cagar Alam yang katanya mempunyai 7 (tujuh) air terjun (sarasah).habis gak pernah hapal.Kalau kita mengitari bukit  Lembah ini bisa ditemukan ke 7 Sarasah dengan ketinggian yang berbeda-beda antara 50-90 m ..
Melewati jalanan dengan  jalan sedikit lebih kecil  beraspal.dan kadang masih ada  kerikil..Cuaca yang mendukung sejuknya.Berada seperti dalam hutan yang sepi.Tidak beberapa lama kita melewati salah satu Penginapan asri di antara rimbunnya bukit..bernama Echo.Resort . Resort ini dulunya pemiliknya orang asing yang beristri Wanita Minang.Tidak banyak ulasan tentang penginapan ini karena kami belum pernah nginap disini.Sayang rumah deket tinggal di villa ini..berat diongkos lah.hehehe...
Area wisata Aka berayun memiliki air terjun dengan kolam yang cukup besar menampung air sarasah.Bisa buat mandi” disekitar kolamnya..
Berdiri warung-warung makanan minuman disini.Yang terkenal makanan kecilnya adalah Kerupuk Laweh (Opak) yang cukup besar diberi kuah sate atau kuah sambal cabe merah…
Diantara warung” kita bisa menaiki ratusan tangga ke atas bukit untuk melihat pemandangan lembah harau dari atas.Diatas juga disediakan bungalow kecil untuk beristirahat saat pengunjung sudah ngos”an naik ke tebing bukit..
Beberapa tanaman “ hutan banyak dijual diantara warung” kecil ini..seperti Kantong semar ,Tumbuhan ;Pakis dan tumbuhan rambat hutan..Kalau di sini kantong semar dijadikan  bungkus makanan  semacam  lepat untuk acara Maulid Nabi ..kalau di Kota besar seperti  Jakarta Kantong semar jadi tanaman langka yang berharga mahal….ckckck
Tidak jauh ke  arah dalam juga ada wisata air..dengan bebek”/angsa buat bermain di sungai kecil.
Pulang kemaren kami sempat meneruskan perjalanan dengan motor ke arah kampong dalam yang belum pernah kami jajaki selama menjadi Menantu orang Harau..terlaluuu…
Ternyata di dalam juga ada kampong kecil yang sebenarnya inilah kampong Harau tsb. Menyusuri jalanan yang sudah bagus menurut doi dulu hanya berjalan kaki ke sini .melewati sawah” diantara bunyi” suara siamang(monyet berekor panjang) dan bunyi”an binatang hutan menambah keasrian wilayah cagar alam Harau..hampir 5 km ke dalam akar berayun kami kembali lagi  karena sudah bertemu kampong yang sebenarnya disini.
Alam yang indah diantara sawah” menguning dan juga baru di tanam …sangat memukau…Benar” indah dengan suasana dan udara yang mendukung.Selalu kembali dan kembali lagi ke sini..
Dari Akar Berayun ke Sarasah Bunta kita akan melewati titik echo yang ditandai dengan sebuah tanda mirip dengan prasasti. Pada titik tersebut jika kita berteriak maka akan muncul gema yang disebabkan suara kita terpantul kembali oleh dinding dua buah tebing menjulang tinggi yang berada di antara tempat tersebut.Nach kalau jalur belok kanan ke arah timur  kita memasuki Resort Sarah Bunta dengan 4 air terjun (sarasah) yang masih asri karena belum dibuatkan kolam besar seperti di akar berayun.
Menurut cerita Lembah Harau ini terbentuk akibat adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa serpih yang merupakan batuan yang banyak mengandung organic carbon
Untuk kawasan Sarasah Bunta yang terletak di sebelah timur Aka Barayun, memiliki empat air terjun (sarasah)
1. Sarasah Aie Luluih, 
2. Sarasah Bunta,
3. Sarasah Murai 
4. Sarasah Aie Angek.  
Beberapa warung-warung kecil berdiri tanpa aturan disini.Kelihatan belum ada penataan yang rapi dari Pemda dan Dinas Pariwisatanya. Beberapa penjual tumbuh”an rambat dan tumbuhan hutan di jual di sini seperti di Resort akar berayun.
Sangat disayangkan belum ada penataan dan kebersihan di lokasi in I sehingga sampah” berserakan dimana”.Coba saja ada pengelola yang lebih professional resort ini tidak kalah menariknya dari objek” wisata di daerah lain seperti Bali,Lombok dll.
Disini  kita temukan souvenir’ yang terbuat dari Kumbang Jati  dan kupu” asli lho..yang dilakukan proses pengawetan dan di cetak dalam mal  .Hasilnya seperti mainan kunci,,pajangan dll..
Menurut penuturan pemilik usaha ini kumbang jati dan kupu” di dapat dari sekitar daerah Harau dan ada juga dari daerah Solok .Walau masih usaha kampong..mungkin masa mendatang dengan modal yang memadai bisa menjadi usaha yang berkembang..Semoga….



Kami menemukan  sebuah prasasti peninggalan Belanda  di lokasi wisata Sarasah Bunta , tepatnya di kaki air terjun (sarasah) Bunta.Prasasti ini menunjukkan bahwa Lembah Harau sudah didatangi   Belanda sejak tahun 1926. Prasasti ini ditandatangani Asisten Residen Belanda untuk Limapuluh Kota F Rinner serta dua wakil dari Indonesia yakni Datuk Kuning Nan Hitam dan Datuk Kodoh Nan Hitam.

Pengen tau mungkin “Harau” itu artinya apa maka sempat kami cari info.
Harau diyakini berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya suara serak. Dulu, penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan. Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya menimbulkan suara parau. Dengan ciri suara penduduknya banyak yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan ‘orau’ dan kemudian berubah nama menjadi ‘Arau’ hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.
Tidak akan habis”nya bila kita mengulas tentang keindahan Lembah Harau.Bila penasaran yang bukan berasal dari Minang silahkan datang dan menikmati semua keindahan dan keelokan alam dan kesejukan alam  Lembah Harau.Ternyata alam Minangkabau tidak kalah dibandingkan alam daerah lain bahkan wisata di Negara lain.Tinggal penataan dan pengelolaannya saja yang butuh tangan “ professional dari kalangan pengusaha local untuk membenahi kampung halamannya..Semoga saja….
Kupasan salah satu Menantu Harau,
Meciko
NB:
Beberapa ulasan diambil dr beberapa sumber....

2 komentar:

  1. salam kenal...
    saya memiliki tempat berwisata di harau dan cara menikmaitinya akan lebih beda dan mengasikkan..
    kunjungi kami Bike To Harau
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali sdh mampir ke blog saya. Senangnya ketemu pengusaha wisata d kampung sendiri . Boleh tau alamat persisnya d Harau...

      Hapus