Halaman

Sabtu, 05 November 2016

WISATA RELIGI DI MESJID JAMI SUNGAI JINGAH YANG PENUH SEJARAH Edisi 8

Setelah melepas lelah dan dahaga di warung  Es Nyiur Mama Icha perjalanan di siang nan terik kami lanjutkan ke daerah Banjarmasin Utara .Bangunan tua nan penuh sejarah religi yakni Mesjid  Jami Banjarmasin yang dikenal juga dengan nama Mesjid Jamik Sungai jingah yang terletak di 
Jl Masjid Jami, Surgi Mufti ,Banjarmasin Utara,kota Banjarmasin .
Mesjid tua ini dibangun pada th 1777 dengan perpaduan arsitektur  Banjar dan kolonial  dengan joglo terbuat dari  bahan dasar kayu besi (Kayu ulin) yang sangat terkenal dengan ketahanannya.Awalnya masjid ini berada di tepian sungai Martapura dan dipindahkan sekarang ke kelurahan Antasan Kecil Timur pada tahun 1934.Penyebab dipindahkan dari lokasi lama karena masjid terkena longsor 
Mesjid lama dibongar dan masyarakat Banjar masih menyisakan bangunannya yang sekarang menjadi sebuah Langgar Sinar Masjid.
 Sejarah mencatat di sebuah plakat otentik diatas kuningan yang dilapis kaca ditempel di samping mimbar Mesjid .”Tarikh didirikan Masjid asal hari Sabtu 17 Syawal tahun 1195 H  Sultan Tamjidillah dan dicabut 11 Rajab th 1353 umurnya 157 tahun 8 bulan 24 hari tarikh.Didirikan masjid baru hari Ahad 16 Dzhuhijjah 1352 Mufti Haji Ahmad Kusasi”
Mesjid Sungai Jingah merupakan masjid no 2 tertua setelah Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara.
Kami memasuki pelataran masjid setelah melewati waktu Zhuhur yang tadi kita sudah sempat sholat di Mesjid samping warung es nyiur.
Melihat masjid yang sudah berumur hampir ratusan tahun dengan bangunan yang masih kokoh dibalut ukiran kayu ulin dengan nuansa warna kayu merah.Mesjid dengan tiang utama penyangga yang kokoh sebanyak 17 buah.Atap sirap dengan jenjang 3.Luas Mesjid bagian dalam 40x40 mserta ditambah dengan mihrab dan plaza di seputar masjid dengan 3 pendopo sebagai pintu utama dan 38 buah pintu masuk untuk mencapai ruang dalam masjid.

Masyarakat Banjar yang sejak dulu saat taat beribadah kesulitan karena tidak ada masjid yang cukup menampung jumlah besar Jemaah. Sementara Pemerintah Belanda yang saat itu tidak disukai masyarakat Banjar sengaja mengambil kesempatan untuk berniat menyumbangkan uang hasil pajak untuk pembangunan Mesjid.Sangat disayangkan Masyarakat Banjar yang sangat taat menolah mentah mentah tawaran yang hukumnya haram menerima pemberian dari penjajah Belanda.
Akhirnya dengan swadaya masyarakat mereka bergotong royong membangun masjid dengan mengumpulkan dana ,tanah,sumbangan harta benda,perhiasan bahkan hasil pertanian.Hasil swadaya itulah akhirnya berdiri dengan megah sebuah masjid yang menjadi sejarah penyebaran Islam di Banjar salah satunya


 


Siang semakin terik saatnya kami harus mengisi perut yang sudah mulai keroncongan dan mencoba mencicipi kuliner berikutnya di Banjar..

 To be continued 
http://meciko.blogspot.co.id/2016/11/jembatan-barito-wisata-borneo-yang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar