Halaman

Senin, 01 Agustus 2022

PESONA PADANG MANGATEH BAK NEW ZEALAND DI RANAH MINANG

Serasa ada yang kurang bila pergi ke suatu destinasi dan menulisnya di blog pribadi Sementara ada destinasi indah nan memukau di kampuang sendiri Payakumbuh kampuangnya Nenek Hanif tapi tidak pernah di datangi dan ditulis ..sungguh terlalu ...

Saat pandemik kemaren dan kita sempat lebaran di Harau terbersit untuk jalan ke destinasi bak layaknya New Zealandnya di Ranah Minang.Apalagi bawa anak mantu secara mereka belum pernah jalan ke destinasi ini.Sayang Naufal dan Hanif tidak mau joint jadi kami berempat saja ke sini.

Kami cari tahu dulu untuk masuk ke Peternakan ini tidak sembarang kalangan bisa lansung masuk begitu saja.Tetapi harus ada ijin khusus apalagi kalau group punya ijin resmi untuk masuk ke sini.Setelah ngobrol dengan keluarga ternyata Uda Fery kk Ipar punya relasi anggota di Peternakan terbesar di Asia Tenggara ini.Setelah dikontak dan kita punya nama untuk menjadi Kontak person untuk masuk ke BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL (BPTU) Hijauan Pakan Ternak (HPT)di Padang Mangateh.

Padang Mangateh merupakan Peternakan Sapi  yang merupakan peninngalan Zaman Belanda sejak tahun 1916.Pernah terkenal menjadi Peternakan terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1955.Pasti pada penasaran Padang Mangateh berada dimana ya..

Padang Mangateh terletak di Mungo ,Luak,Kabupaten Lima Puluh Kota,Sumatera Barat.Bila kampuang Nenek Hanif di Harau Kap Lima Puluh Kota yang berada tidak jauh dari daerah ini hanya 18 Km sekitar  30 menit saja dari Harau sangat dekat sekali jadi malu kalau tidak bawa anak Mantu (Faras dan Annisa ) ke sini.

Bila dari Kota Payakumbuh hanya berjarak sekitar 12 Km dan dari Kota Padang 136 km dan mempunyai latar pemandangan padang rumput yang sangat  mirip dengan Padang Rumput (Savana)  di New Zealand.Bahkan kemiripannya bisa disandingkan dengan Desa Hobbiton Mata Mata New Zealand.

Percaya gak kita telusuri nanti ya..

Sejarah Padang Mangateh

Sejarah yang cukup panjang sebagai Warisan Belanda dengan luas sekitar 280 Hektar(ha) yang berada di  sudut kaki pergunungan Sago dengan ketinggian 700-900 m dari permukaan laut.Berada di kaki pergunungan hijau nan indah sudah berarti udara di sana sejuk dengan semilir angin di keindahan Padang Mangateh.Bahkan dulunya Padang Mangateh menjadi rebutan negara negara di eropa untuk menjadikan tempat kajian penelitian.Awalnya didirikan oleh Belanda th 1916 yang diisi oleh pembiakan Kuda dan kemudian th 1935 di datangkan Sapi sapi dari Benggala  India.Tetapi saat fase awal kemerdekaan 1945-1949 sempat terhenti karena Belanda sudah pergi dan kondisi negeri kita belum stabil pasca dijajah Belanda.Kemudian Wakil Presiden Moh Hatta di th 1951 kemudian membuka kembali menjadi Stasiun Peternakan Utama Pemerintah yang dinamakan: Induk Taman Ternak (ITT) Padang Mangateh .Sejarah mencatat th 1955peternkan ini menjadi terbesar di Asia Tenggara dan jadi rebutan negara Eropa yang akhirnya dimenangkan oleh Pemerintah Jerman.Fase antara th 1973-1974 pemerintah Jerman mengadakan penelitian di sini dan th 1978 diadakan kerjasama antara Pemerintah Jerman dan Indonesia dengan nama Agriculture Development Project (ADP) dan barulan th 1985 semua pembiayan diambil alih oleh pemeritah Pusat yaitu Mentri Pertanian Republik Indonesia.

 Begitu panjangnya sejarah Peternakan di Padang Mangateh dengan luas 280 Ha dan memiliki Populasi lebih dari 1300 ekor Sapi Unggul.Dengan sejarah panjang dan nama besar itu akhirnya BPTU Hijauan Pakan Ternak (HPT) di Payakumbuh ini layak dijadikan "Icon" wisata bak Padang Rumput New Zealand di Ranah Minang.

Setelah kami punya Kontak Person yang bisa dihubungi untuk masuk ke areal Peternakan besar ini maka kita menuju Padang Mangateh dari Harau setelah lebaran th 2022 usai.

Untuk memasuki Padang rumput nan hijau ini tidak dipungut bayaran alias "Gratis" tetapi hanya membawa ijin khusus untuk bisa masuk .Kami jalan dari Harau setelah makan siang menjelang sore dari Harau.Bila sudah sampai di Kota Payakumbuh kita akan mengambil jalur menuju Batang Tabik/Sijunjung.Setelah bertemu Jembatan Ratapan Ibu dan ada Bundaran Labuah Silang ambil jalan menuju Batang Tabik.Persis di kanan ada  Puskesmas Mungo dan menuju Pintu Utama Padang Mangateh hanya sekitar 1,5 Km saja.


Selain untuk mengenalkan ke Faras dan Anisa kalau di Payakumbuh juga ada New Zealand ala Ranah Minang lho tetapi si Mama tidak mau rugi untuk  hunting foto foto di Padang Mangateh .


Hamparan padang rumput yang sangat luas menghijau dengan latar belakang kaki pergunungan Sago dan Bukit Barisan membuat bak lukisan Indah terhampar di depan mata.Masya Allah indahnya CiptaanMU ya Rob...
Padang Rumputnya terawat dengan rapi dan tidak ada sampah sampah berserakan di jalanan sepanjang peternakan ini sungguh sangat rapi,resik dan teratur.Pantas saja untuk masuk ke areal ini butuh ijin khusus tidak sembarangan saja bisa memasuki kawasan ini.


Beberapa jenis Sapi yang ada disini mayoritas terdiri dari jenis Limousine,Simmental,Pesisir dan ada beberapa jenis Belgian Blue.Begitu bebasnya sapi sapi berkeliaran di padang rumput yang ditepi jalanan sengaja diberi pagar sehingga tidak dimasuki oleh pengunjung selain petugas.


Terlihat keseruan kami yang cuma berempat di kesejukan udara Padang Mangateh dan semilir anginnya membuat kita lama berbetah betah disini.Setelah puas hunting foto foto dan juga menikmati kesejukan dan hamparan hijaunya padang rumput dengan ribuan Sapi (Jawi bahasa Minangnya)...Kami akhiri menikmati Padang mangateh untuk mencari toilet di sebuah Mesjid yang tidak jauh dari Pintu Keluar kawasan ini.
Bagi pengunjung yang berminat untuk explore Padang Mangateh pastikan diri anda sudah memiliki Ijin khusus atau surat tanda masuk di areal kawasan Padang Mangateh ini.
Bila tidak mempunyai ijin alamat akan disuruh pulang seperti yang dialami beberapa mobil wisatawan yang mencoba masuk tanpa ijin seperti saat kami awal memasuki kawasan ini.
Tidak akan rugi bila sudah sampai disini akan betah berlama lama menikmati hamparan hijau padang rumput seperti lukisan hidup berada di depan mata.
Masya Allah.












Menantu urang  Pikumbuah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar